Tinggi
matahari mengantar pesan singkat darinya. Dengan terik dan panas yang tak
sebegitu menyengat di kediaman ku. Terbaca pelan, semua isinya aku hayati
dalam-dalam. Hari itu, aku begitu takut salah paham. Jadi dengan serius aku membacanya,
mengeja huruf demi huruf agar tak ada makna yang terselip.
Pesannya
standar. Sebegitu standar hingga aku memaknainya standar juga. Tentang prusik. Sebuah tali yang biasa
anak “pala” pakai. Berwarna hitam dengan corak warna kuning dan hijau. Sejauh
itu, sebenarnya semua biasa saja. Tak begitu menarik. Toh aku bukan ahli simpul
yang dulu pernah Ia ajarkan ke semua. Pemberiannya akan ku simpan, cukup.
Hingga
ku dapati.
Aku baru tersadar. Aku di pinang, dengan tali yang aku
maknai sendiri, yang tak begitu berarti baginya, tetapi keberadaannya membuat
ku kalang kabut ketika Ia lepas dari persendian tangan.
Sekali
lagi aku dipinang, dengan tali yang Ia rangkai rumit simpul-simpulnya, tanpa
cinta di dalamnya, tetapi aku mencintainya sebegitu dalam. Tetaplah rumit
simpul,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar