Find this blog

More Option

29 September 2012

Dipinang




   Tinggi matahari mengantar pesan singkat darinya. Dengan terik dan panas yang tak sebegitu menyengat di kediaman ku. Terbaca pelan, semua isinya aku hayati dalam-dalam. Hari itu, aku begitu takut salah paham. Jadi dengan serius aku membacanya, mengeja huruf demi huruf agar tak ada makna yang terselip.
  Pesannya standar. Sebegitu standar hingga aku memaknainya standar  juga. Tentang prusik. Sebuah tali yang biasa anak “pala” pakai. Berwarna hitam dengan corak warna kuning dan hijau. Sejauh itu, sebenarnya semua biasa saja. Tak begitu menarik. Toh aku bukan ahli simpul yang dulu pernah Ia ajarkan ke semua. Pemberiannya akan ku simpan, cukup.
    Hingga ku dapati.
Aku baru tersadar. Aku di pinang, dengan tali yang aku maknai sendiri, yang tak begitu berarti baginya, tetapi keberadaannya membuat ku kalang kabut ketika Ia lepas dari persendian tangan.
    Sekali lagi aku dipinang, dengan tali yang Ia rangkai rumit simpul-simpulnya, tanpa cinta di dalamnya, tetapi aku mencintainya sebegitu dalam. Tetaplah rumit simpul,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar