Menyesal.
Tak banyak kata bergulir
begitu saja.
Sepertinya aku kejang otak atau terserang anemia akut. Mungkin.
Seakan ambisi dan rindu meluntur dan
melebur menjadi satu.
Kondisi apa ini?? Mengambil sapu tangan saja tak sanggup, apalagi berbincang lancar di sampingmu. Apa yang sedang aku fikirkan?? Bodoh, bodoh, bodoh. Aku tidak buta atapun tuli, keadaanku seratus persen sehat. Tolong, bersahabatlah denganku aliran darah. Teruslah mengalir agar aku tidak dingin. Aku bukan gletser yang runtuh dari antartika. Aku manusia.
Kondisi apa ini?? Mengambil sapu tangan saja tak sanggup, apalagi berbincang lancar di sampingmu. Apa yang sedang aku fikirkan?? Bodoh, bodoh, bodoh. Aku tidak buta atapun tuli, keadaanku seratus persen sehat. Tolong, bersahabatlah denganku aliran darah. Teruslah mengalir agar aku tidak dingin. Aku bukan gletser yang runtuh dari antartika. Aku manusia.
Tuhan,
beri sedikit celah. Agar aku bisa memandangnya. Sedikit darinya.
“Tidaaak, Tuhan”, jangan ada celah. Aku
tidak ingin menikmatinya. Seperti ini cukup.
Biarkan hati yang berdetak mencarinya.
Tapi,… ada banyak hal yang belum tuntas
dan harus segera kita bereskan. Aku tidak bergurau, aku serius, Tuhan.
“Haruskah aku terus diam??”, Aku tau kami tidak hanya berdua, tetapi
bertiga denganMu, dan juga mereka. Mungkin Kau akan malu, pun juga dia. Toh, kesempatan
tak hanya mampir satu kali, bisikMu.
Aku pamit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar