Find this blog

More Option

15 Oktober 2012

Intropeksi Diri


          Sekarang aku tahu alasan kita berdua menghilang. Suhu dunia mu dan dan dunia ku samar tak lagi berkibar. Titik-titik maya yang menghubungkan kita terpenggal sudah. Sekarang tinggal bagaimana sikap kita, menggoreskannya lagi atau menghapusnya setitik demi setitik. Hingga hiruk pikuk hati tak lagi berbunyi, berdenting dan terdengar keras. Kasih sayang hanya terdapat dalam bayangan, semua semu antara kita. Tanpa tedensi atau sudut relevansi, aku tak mungkin selangkah maju atau selangkah mundur. Berdiam dengan berlagak tenang barangkali sudah sangat menjemukan.
    Tendeng aling-aling ini akan kembali normal. Kamu dan aku yang dulu. Tanpa kita dalam sebuah cerita. Tanpa kita harus berbisik untuk saling bertukar rindu karena malu, sekalipun aku memang benar-benar rindu kamu saat itu. Tetapi semua kerinduan itu palsu. Entah aku atau kamu yang memalsukannya. Atau kepalsuan itu bagian dari cerita kita. Aku tak lagi mau tahu.
    Menitih dan menanti sesuatu yang tak pasti itu melelahkan. Walaupun seratus persen ion di tubuhku merasa yakin tentang bahasa tubuh kita. Berusaha tegar dan bangkit untuk memastikan kelanjutannya. Perasaan tetaplah perasaan, ada saat dimana ia harus turun drastis dalam keadaan tidak normal. Penawarnya adalah intropeksi diri. Mengumpulkan kembali serpihan-serpihannya, dan kembali menggabungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar