Riwayat hidup manusia tidak mungkin
sama. Setiap jalur yang mereka tempuh, ada pertemuan titik yang sama sekali
tidak hadir di kehidupan masing-masing pribadi. Oleh karena itu rutinitas, cara
pandang, problematika dan pemecahan konflik yang pernah ada atau sedang kita
alami berbeda. Ada jalur yang kita ambil lurus, tentram, atau menyimpang dengan garis yang tak
sejajar dan berantakan. Sedang saat ini, satu hal yang membuat kita berada di
satu poros yang sama. Satu titik dengan alur garis di suatu sumbu. Sebuah drama
orkestra dengan irama musik balad. Bertitik bangun ketulusan, penantian,
harapan dan segelintir pertanyaan. Adakah kamu disana?
Esensinya hidup itu ada dan diakui
keberadaannya. Sedang kamu ada dalam ketiadaan. Sekilas nyata tetapi ternyata
hanya sebuah kapas yang dengan segera terbang melayang. Selembut sutra, tetapi
berduri jika diamati. Aku tidak sebegitu tahu tentang tulisan pada riwayat
hidupmu, adakah sepatah atau dua patah tertera namaku di lingkar penamu? Atau
kertasmu telah penuh dengan jejak tapak? Dan sekali lagi aku berharap. Sebuah
ilusi. Mimpi dan bunga tidur malam hari.
Harapan itu seketika pergi bersama
pesan yang kukirimkan pagi tadi. Aku mengusirnya paksa. Karena jika Ia tetap
hadir, niscaya aku patah dan terkapar diperapian. Hangus dan lenyap menjadi
abu. Rela atau tidak, aku harus mengakui. Kamu titik pusat di galaksi
kehidupan. Bukan hanya aku yang berevolusi mengitari, tetapi planet lain sedia
memutar disampingmu. Dan aku kalah. Karena jawaban yang sempat hadir dan mungkin
tak bisa ku baca.
Catatan ini sengaja aku kirim untuk
September hingga awal Oktober, Apa kabar? Maaf basa basi di media. Karena hanya
dengan media ini aku lancar berbahasa. Dengan perasaan dan ketikan yang
beberapa kali sempat berhenti karena sepertinya aku mati kelaparan tanpa kabar.
Kali ini aku hanya ingin meminta ijin, ada kamu dalam riwayat ku, ada namamu
dalam inisial goresanku. Maaf karena telat, karena sudah beberapa kali aku
mencantumkannya. Semoga kamu senang dalam keberadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar