Sekarang
aku tahu alasan kita berdua menghilang. Suhu dunia mu dan dan dunia ku samar
tak lagi berkibar. Titik-titik maya yang menghubungkan kita terpenggal sudah.
Sekarang tinggal bagaimana sikap kita, menggoreskannya lagi atau menghapusnya
setitik demi setitik. Hingga hiruk pikuk hati tak lagi berbunyi, berdenting dan
terdengar keras. Kasih sayang hanya terdapat dalam bayangan, semua semu antara
kita. Tanpa tedensi atau sudut relevansi, aku tak mungkin selangkah maju atau
selangkah mundur. Berdiam dengan berlagak tenang barangkali sudah sangat
menjemukan.
Tendeng
aling-aling ini akan kembali normal. Kamu dan aku yang dulu. Tanpa kita dalam
sebuah cerita. Tanpa kita harus berbisik untuk saling bertukar rindu karena
malu, sekalipun aku memang benar-benar rindu kamu saat itu. Tetapi semua
kerinduan itu palsu. Entah aku atau kamu yang memalsukannya. Atau kepalsuan itu
bagian dari cerita kita. Aku tak lagi mau tahu.
Menitih
dan menanti sesuatu yang tak pasti itu melelahkan. Walaupun seratus persen ion
di tubuhku merasa yakin tentang bahasa tubuh kita. Berusaha tegar dan bangkit
untuk memastikan kelanjutannya. Perasaan tetaplah perasaan, ada saat dimana ia
harus turun drastis dalam keadaan tidak normal. Penawarnya adalah intropeksi diri.
Mengumpulkan kembali serpihan-serpihannya, dan kembali menggabungkan.