Terbesit untuk segera
menghapus duri-duri runcing yang semakin hari semakin tajam ujung-ujungnya,
olehmu. “ Berapa hari aku mengenal sosok rumit sepertimu?”, tanyaku
membatin geli. Sepertinya telah lama ku usangkan wajah masam, yang sesekali
kamu temui, tetapi masih saja kelakuanmu. Pikirku perlu. Menggarangkan
sisi-sisi muka agar cepat kamu merasa, merasa salah dan beberapa kali
melakukannya.
Sempat ku
kira... “Aku saja yang egois”. Yang tiba-tiba mengeluh kesal ketika kamu
memasukkan batu-batu, yang dengan sengaja duduk lama dan berotasi sepertiku. Kamu
ataupun dia, yang sepertinya sama saja, yang tidak akan mengeras karena dingin
dan melunak karena panas. Baiklah, kemarin, kemarin lusa, minggu lalu, malam
bulan lalu, dan hari-hari yang kamu warna buram, aku yang akan menyiramnya,
kalaupun hujan tak sanggup menghapuskan. Dan hari ini, yang kamu ulang lagi,
yang kamu egoisi, yang membuat mu membatu, membuta, menuli bersamanya dan
hatiku yang geram tertahan, aku alirkan bersama bulir-bulir pasir yang
menggelinding.
galau galau hehehe
BalasHapusnice words anyway ^,^