Aku mencintaimu.
Sungguh. Keduanya sama besar. Tetapi terkadang ini menjadi begitu klise untuk
di jelaskan. Karena mereka seharusnya utuh untuk sama lain. Bukan melengkapi
masing-masing yang lain. Keduanya begitu berarti. Tetapi tidak lebih berarti dari
yang meramuku secara tunggal.
Kalkulasikan
semua kesalahanku kepadamu. Aku takut angka tidak sanggup menampungnya. Aku
tidak bisa menebus apapun. Semuanya terlalu banyak. Terimakasih.
Aku mulai tua
sekarang. Dan mulai paham banyak hal. Dengan hanya melihat atau mendengar. Sepi
tidak lagi berarti. Karena lambat laun aku akan berpasang. Tetapi sendirimu?
Bagaimana mungkin seseorang akan hidup dengan rasa yang begitu sulit
dijabarkan. Tegar saja tidak cukup untuk modal hidup. Sudah banyak waktu yang
sengaja terluangkan untuk kami berdua. Sekarang pikirkan tentang kebahagianmu.
Berilah tempat untuk seseorang yang ingin membantu membebaskan mu dari bingkai
hitam. Bodoh jika aku risau dengan perasaan, karena akan banyak kebahagiaan
yang sering tersirat darimu. Membayangkan saja sudah teramat menyenangkan.
Berbeda
lagi untukmu, lama sepertinya aku tidak melihatmu secara tepat. Hanya
lamat-lamat saja. Itupun waktu yang membuat kita teramat asing satu sama lain.
Kita seperti sepasang manusia yang baru mengenal. Kenapa aku tidak melewatkan banyak
waktu untuk sekedar berbincang secara normal seperti hubungan kita seharusnya?
Aku sering menemui mu, tetapi percakapan itu sering kali tidak sama rasanya
seperti beberapa tahun silam. Ada bagian yang hilang. Seharusnya dari awal kita
baik-baik saja. Mungkin aku terlihat sangat membencimu. Jangan percaya aku
untuk itu. Aku merindukan mu. Sangat.
Bisakah
kita duduk berempat sekali lagi?? Aku hanya ingin mengingat bagaimana rasanya
memiliki yang utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar