Find this blog

More Option

25 November 2012

Utuh


Aku mencintaimu. Sungguh. Keduanya sama besar. Tetapi terkadang ini menjadi begitu klise untuk di jelaskan. Karena mereka seharusnya utuh untuk sama lain. Bukan melengkapi masing-masing yang lain. Keduanya begitu berarti. Tetapi tidak lebih berarti dari yang meramuku secara tunggal.
    Kalkulasikan semua kesalahanku kepadamu. Aku takut angka tidak sanggup menampungnya. Aku tidak bisa menebus apapun. Semuanya terlalu banyak. Terimakasih.
Aku mulai tua sekarang. Dan mulai paham banyak hal. Dengan hanya melihat atau mendengar. Sepi tidak lagi berarti. Karena lambat laun aku akan berpasang. Tetapi sendirimu? Bagaimana mungkin seseorang akan hidup dengan rasa yang begitu sulit dijabarkan. Tegar saja tidak cukup untuk modal hidup. Sudah banyak waktu yang sengaja terluangkan untuk kami berdua. Sekarang pikirkan tentang kebahagianmu. Berilah tempat untuk seseorang yang ingin membantu membebaskan mu dari bingkai hitam. Bodoh jika aku risau dengan perasaan, karena akan banyak kebahagiaan yang sering tersirat darimu. Membayangkan saja sudah teramat menyenangkan.
    Berbeda lagi untukmu, lama sepertinya aku tidak melihatmu secara tepat. Hanya lamat-lamat saja. Itupun waktu yang membuat kita teramat asing satu sama lain. Kita seperti sepasang manusia yang baru mengenal. Kenapa aku tidak melewatkan banyak waktu untuk sekedar berbincang secara normal seperti hubungan kita seharusnya? Aku sering menemui mu, tetapi percakapan itu sering kali tidak sama rasanya seperti beberapa tahun silam. Ada bagian yang hilang. Seharusnya dari awal kita baik-baik saja. Mungkin aku terlihat sangat membencimu. Jangan percaya aku untuk itu. Aku merindukan mu. Sangat.
     Bisakah kita duduk berempat sekali lagi?? Aku hanya ingin mengingat bagaimana rasanya memiliki yang utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar