Find this blog

More Option

26 April 2012

Orientasi Pojok Hati


Selepas senja dia berkata seingatku. Setelah kami saling lelah mengadu busa-busa.
"Kenapa tidak kamu terbangkan tinggi-tinggi seluruh mimpimu? Jika hanya karena kamu takut jatuh lantas dia tidak melayang bersama awan-awan, buang saja dia sekarang. Kamu tidak hanya meremehkan kemampuanmu, tetapi kamu sudah membunuh seluruh energi positifmu. Ketahuilah, kalaulah terjadi, bukan pada orbit berbeda dia akan jatuh, melainkan yang sama tetapi selisih beberapa inci dari yang pertama".
Aku pikir, dia pantas lantang berseru seperti itu. Banyak yang sudah dia kerjakan. Sedang aku???
Jadi, sekarang kamu hanya perlu menginstal ulang, tentang orientasi kembang kempis mu selama ini. Sebagian yang kamu pikirkan tentang materi untuk satu sisi memang benar, tetapi ketika kamu geser sedikit tempat yang mengorientasikan mu pada kesibukan atas iming-iming palsu tertuju pada hakikat mu berada disini, kamu akan merasa jauh lebih sempurna. Sesuatu yang berguna itu lebih berharga daripada bahak-bahak tawa yang menyungging di sisi bibirmu. 
Mungkin seperti itu kelanjutannya...

11 April 2012

Ku Kira.. "Aku Saja yang Egois"



Terbesit untuk segera menghapus duri-duri runcing yang semakin hari semakin tajam ujung-ujungnya, olehmu. “ Berapa hari aku mengenal sosok rumit sepertimu?”, tanyaku membatin geli. Sepertinya telah lama ku usangkan wajah masam, yang sesekali kamu temui, tetapi masih saja kelakuanmu. Pikirku perlu. Menggarangkan sisi-sisi muka agar cepat kamu merasa, merasa salah dan beberapa kali melakukannya.
     Sempat ku kira... “Aku saja yang egois”. Yang tiba-tiba mengeluh kesal ketika kamu memasukkan batu-batu, yang dengan sengaja duduk lama dan berotasi sepertiku. Kamu ataupun dia, yang sepertinya sama saja, yang tidak akan mengeras karena dingin dan melunak karena panas. Baiklah, kemarin, kemarin lusa, minggu lalu, malam bulan lalu, dan hari-hari yang kamu warna buram, aku yang akan menyiramnya, kalaupun hujan tak sanggup menghapuskan. Dan hari ini, yang kamu ulang lagi, yang kamu egoisi, yang membuat mu membatu, membuta, menuli bersamanya dan hatiku yang geram tertahan, aku alirkan bersama bulir-bulir pasir yang menggelinding.