Sedingin malam
ini. Semua rasanya menyergap buas di sela-sela nafas. Panjang, buang,
panjang, buang. Aku tidak menikmati oksigen bebas mengudara seperti partikel
yang melayang-layang lepas. Ia terjerat oleh bungkaman ku selama berjam-jam.
Mataku tak lepas dari jam tangan yang ber-embun buram. Telingaku menganga lebar
mendengar hujatan-hujatan sekian banyak orang. Tak seorangpun benar disana. Tak
terkecuali aku. Maka aku berpikir, diam yang lebih baik. Seorang manusia yang
tentu bersalah, yang tidak mampu menyalahkan. Karena disana tak sedikitpun Ia
punya andil besar. Separuh pun tak ada yang benar-benar aku tangani. Aku resmi
sebagai penggembira saja.
Ini
ketidak berdayaanku kepada suara. Ia selalu mencekik kejam disaat semuanya
butuh mendengarkan. Tidak seorangpun sama disini. Aku si pendiam yang takut
bicara panjang lebar. Aku takut suara ku bersalah atas kata-kata yang Ia
keluarkan. Maka dari itu aku diam.
Malam
ini terlalu banyak evaluasi untuk kalian. Lebih banyak lagi untukku. Aku bukan
diam karena aku pendiam. Didalam kediamanku aku menghujat banyak. Bukan tentang
kalian, tetapi kesalahanku yang teramat sangat. Maka dari itu aku diam panjang.
Aku bungkam karena kesalahan yang banyak aku lakukan.
Aku
ingin sedingin malam ini. Sunyi yang dingin. Senyap karena diam dan bising
hujatan hati atas kesalahan pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar