[Kumpul dulu baru upacara]
[Gara-gara ulah Bapak mantan ketum yang super jail plus geje nya minta ampun, semua jadi ikutan geje]
[240711. Berubah warna. dapet surprise tumpeng dari adik-adik. Terima kasih]
Masih tergambar jelas rasanya.
Dibawah pinus-pinus tubuh bersandar.
Bersitegang dengan titik-titik emosi yang setiap saat bisa
berkobar membakar.
Kesal,
jengkel, lelah adalah awal yang kami rasakan. [Lucu...]
Bahkan sampai detik dimana kami
berkesempatan menantang ulang, masih seperti itulah rasanya. Delapan
bulan delapan tahun dua ribu delapan begitulah rincian tanggal tepat
saat pertama kali kami melangkah. Menenteng ransel-ransel, menyapa
pohon-pohon yang tegak diam dan mengusap setiap peluh yang seakan
mengucur dari dalam tubuh. Menyenangkan betul.
Nama-nama yang mereka beri,
jantung-jantung yang mereka kejutkan , petuah-petuah yang mereka
ucapkan, penerimaan yang mereka sematkan pada leher-leher kami serta
janji-janji dengan disaksikan alam yang mungkin banyak kami lupakan,
terima kasih.
Terima kasih
telah memberi penyambutan begitu mewah untuk kami, terima kasih telah
berkata selamat datang di keluarga baru mu saudara kecil ku, terima
kasih banyak.
Memori itu
begitu jelas terlihat ketika baru saja ingin menulisnya.
Entahlah, hanya sering merasa bahwa
saya masih tetap sama seperti saat itu.
Adikku... adikku.. adikku.... memanggilku
seperti itu. Walaupun detak jam dalam kamar berhenti berdetak, tapi
matahari terus saja berganti bulan.
Seiring jalan, kami lah yang menggatikan.
Seiring jalan, kami lah yang menggatikan.
Sampai dimana
biru tua berganti yang lebih muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar